Foto Candi Gunung Wukir di Magelang, Jawa Tengah
|

Candi Gunung Wukir: Jejak Hindu di Jawa Tengah

Foto Candi Gunung Wukir di Magelang, Jawa Tengah

( English version here )

Candi Gunung Wukir adalah salah satu candi Hindu tertua di Indonesia, terletak di dusun Canggal, Desa Kadiluwih, Kecamatan Salam, Magelang, Jawa Tengah. Candi ini berdiri di atas bukit Gunung Wukir, yang berbatasan langsung dengan wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta. Selain bernilai arkeologis, candi ini juga memiliki nilai historis yang penting karena terkait dengan awal berdirinya Kerajaan Mataram Kuno, yang dikenal juga dengan sebutan Bhumi Mataram.

Menurut prasasti Canggal, yang ditemukan di area ini, Candi Gunung Wukir dibangun pada masa pemerintahan Raja Sanjaya pada tahun 732 M (654 Saka). Ini menjadikannya salah satu bukti fisik awal dari kerajaan yang menjadi tonggak penyebaran agama Hindu di Jawa Tengah.

Sejarah Candi Gunung Wukir dan Kerajaan Mataram Kuno

Nama Gunung Wukir berasal dari bahasa Jawa Kuno, dengan “gunung” berarti bukit, dan “wukir” juga berarti bukit. Secara harfiah, Candi Gunung Wukir berada di puncak bukit, yang sekaligus menegaskan posisi pentingnya sebagai pusat keagamaan pada masa lampau. Berdasarkan prasasti Canggal yang ditulis dalam bahasa Sanskerta dengan aksara Pallawa, candi ini berkaitan erat dengan Raja Sanjaya dari Kerajaan Mataram Kuno, sebuah kerajaan Hindu yang kuat di wilayah Jawa Tengah pada abad ke-8.

Prasasti ini mencatat pentingnya penyebaran agama Hindu, khususnya ajaran Siwa, yang tercermin dalam arsitektur dan relief candi. Hal ini menegaskan bahwa Candi Gunung Wukir merupakan simbol awal mula perkembangan Hindu di Jawa Tengah, menjadikannya salah satu situs bersejarah penting yang melacak jejak awal Mataram Kuno.

Arsitektur Candi Gunung Wukir: Simbol Kesucian Hindu

Secara arsitektural, Candi Gunung Wukir tidak sebesar atau sekompleks Candi Borobudur atau Candi Prambanan, tetapi menyimpan makna spiritual yang mendalam. Kompleks candi ini terdiri dari beberapa bangunan, dengan candi utama yang menyimpan lingga dan yoni—dua simbol Hindu yang melambangkan Dewa Siwa dan energi feminin. Lingga melambangkan kekuatan maskulin, sedangkan yoni melambangkan kekuatan feminin, yang keduanya menyimbolkan keseimbangan kosmik dalam ajaran Siwa.

Meski ukuran candi ini relatif kecil, namun nilai simbolisnya sangat besar, terutama dalam kaitannya dengan penyebaran agama Hindu di Jawa. Candi Gunung Wukir tidak hanya tempat ibadah, tetapi juga saksi bisu perkembangan Kerajaan Mataram Kuno sebagai pusat kekuasaan Hindu di Nusantara.

Perayaan Ulang Tahun Candi Gunung Wukir

Foto Candi Gunung Wukir di Magelang, Jawa Tengah

Pada 6 Oktober 2024, saya berkesempatan ikut merayakan ulang tahun Candi Gunung Wukir yang ke-1292. Acara ini diselenggarakan oleh tiga komunitas, yaitu Paguyuban Kliwon Candi Gebang, Persada Nusantara, dan Forum Abhiseka Mataram. Upacara persembahyangan dipimpin oleh Ida Shri Bhagawan Dalem Acarya Maha Kerti Wira Jagad Manik. Perayaan ini bertujuan untuk menghormati dan berbakti kepada Hyang Siwa yang bersemayam di candi ini, juga kepada para leluhur termasuk Raja Sanjaya, pendiri Kerajaan Mataram Kuno.

Acara ini diadakan dengan izin resmi dari Badan Pelestarian Kebudayaan, dan dihadiri oleh umat Hindu dari berbagai daerah.

Lokasi dan Cara Menuju Candi Gunung Wukir

Walaupun tidak sepopuler Candi Prambanan, Candi Gunung Wukir  tetap menarik untuk dikunjungi, terutama bagi umat Hindu. Untuk mencapai candi ini, kita harus berjalan kaki melalui jalur pendakian menaiki bukit. Untungnya, saat saya berkunjung, cuaca sedang cerah sehingga jalur pendakian cukup kering dan tidak licin.

Jika Anda tertarik untuk mengunjungi Candi Gunung Wukir, lokasi lengkapnya bisa Anda temukan di sini

Foto-foto saat upacara kemarin bisa dilihat dan diunduh di sini.


Gunung Wukir Temple: Tracing Hindu Roots in Central Java

Gunung Wukir Temple is one of the oldest Hindu temples in Indonesia, located in Canggal Hamlet, Kadiluwih Village, Salam District, Magelang, Central Java. Perched atop Gunung Wukir Hill, it marks the border between Central Java and Yogyakarta. Beyond its archaeological significance, Gunung Wukir Temple holds immense historical value, as it is closely linked to the foundation of the Ancient Mataram Kingdom, also known as Bhumi Mataram.

According to the Canggal inscription, discovered in this area, Gunung Wukir Temple was built during the reign of King Sanjaya in 732 AD (654 Saka). This makes the temple a crucial early evidence of the kingdom that played a key role in the spread of Hinduism in Central Java.

The History of Gunung Wukir Temple and the Ancient Mataram Kingdom

The name Gunung Wukir is derived from Old Javanese, where “gunung” means mountain, and “wukir” also refers to a hill. Gunung Wukir Temple is quite literally situated on a hilltop, emphasizing its importance as a religious center in ancient times. The Canggal inscription, written in Sanskrit with Pallava script, directly associates the temple with King Sanjaya, ruler of the Ancient Mataram Kingdom, a powerful Hindu kingdom in Central Java during the 8th century.

The inscription highlights the importance of spreading Shaivism, a sect of Hinduism that venerates Lord Shiva. The architecture and carvings at Gunung Wukir Temple reflect these influences, positioning the temple as a symbol of the early development of Hinduism in Central Java. This makes Gunung Wukir Temple one of the most significant historical sites, tracing the origins of the Mataram Kingdom and Hinduism in Java.

Gunung Wukir Temple Architecture: A Hindu Symbol of Sanctity

Architecturally, Gunung Wukir Temple is not as large or elaborate as other temples in Central Java, such as Borobudur or Prambanan, but it holds deep spiritual significance. The temple complex consists of several structures, with the main temple housing the linga and yoni, sacred symbols in Hinduism. The linga represents Lord Shiva and the masculine energy, while the yoni symbolizes feminine power. Together, they symbolize cosmic balance in Shaivism.

Despite its relatively small size, the symbolic value of Gunung Wukir Temple is profound. It reflects the spread of Hinduism across Java and stands as a testament to the religious and cultural power of the Ancient Mataram Kingdom. This temple is not just a place of worship; it is an enduring witness to the establishment of Hinduism as the dominant religion in Java during the early kingdom era.

Gunung Wukir Temple’s 1,292nd Anniversary Celebration

On October 6, 2024, I had the honor of participating in the 1,292nd anniversary of Gunung Wukir Temple. This event was organized by three communities: Paguyuban Kliwon Candi Gebang, Persada Nusantara, and Forum Abhiseka Mataram. The prayer ceremony was led by Ida Shri Bhagawan Dalem Acarya Maha Kerti Wira Jagad Manik, in reverence to Hyang Shiva, who is believed to reside in the temple, and to the ancestors, including King Sanjaya, the founder of the Ancient Mataram Kingdom.

This celebration, held with official approval from the Cultural Heritage Preservation Agency, gathered Hindu devotees from various regions who came to pay their respects and celebrate the rich heritage of Gunung Wukir Temple.

How to Visit Gunung Wukir Temple

Although not as popular as Prambanan Temple or Borobudur Temple, Gunung Wukir Temple remains a compelling destination for history enthusiasts and Hindu devotees alike. To reach the temple, visitors must hike a trail up the hill. Fortunately, during my visit, the weather was clear, making the path dry and easy to walk on.

If you’re planning a visit to Gunung Wukir Temple, you can find the exact location here. Photos from the recent ceremony can be viewed and downloaded here.

 

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *