Sanggar KERIS MATARAM Gelar JAMASAN TOSAN AJI 12-13 Agustus 2023

Sanggar Keris Mataram dan Sekber Keistimewaan DIY berkolaborasi menggelar Jamasan Tosan Aji bulan Suro Jimawal 1957 pada Sabtu dan Minggu tanggal 12 – 13 Agustus 2023 mendatang di Ndalem Widihastan Tegalsari Geneng Panggungharjo Sewon Bantul. Jamasan Tosan Aji terbuka untuk masyarakat umum.

Ketua Sanggar Keris Mataram Ki Nurjianto

Ketua Sanggar Keris Mataram Ki Nurjianto atau akrab disapa Gus Poleng menjelaskan bulan Suro bagi masyarakat Jawa merupakan momentum reflektif untuk memperbanyak laku spiritual. Salah satu ritual yang turun temurun lazim dilakukan di bulan Suro adalah melakukan jamasan, yakni membasuh dan membersihan koleksi benda-benda pusaka seperti keris, tombak dan lainnya. Prosesi ini dianggap sakral sehingga seyogyanya dipersiapkan dengan baik dan dilakukan pihak yang memahami cara menjamasi pusaka dengan benar.

Menurut Gus Poleng yang juga menjabat sebagai Wakil Sekretaris Jendral Sekretariat Pelestari Tosan Aji Nusantara (Senapati Nusantara) jamasan pada intinya adalah memandikan dan menyucikan benda-benda pusaka baik yang berunsur logam seperti keris atau tombak serta benda pusaka lainnya. Bahkan jika di Kraton Yogyakarta yang dijamasi termasuk kereta-kereta pusaka. Di pesarean Raja-Raja Mataram Pajimatan Imogiri bulan dilakukan tradisi nguras enceh atau gentong air.

“Acara jamasan di Kraton Yogyakarta dan Imogiri serta lampah ratri topo bisu mubeng beteng malam 1 Suro selalu menyedot kehadiran publik. Masyarakat datang untuk ngalab berkah. Hal ini menggembirakan karena berarti masyarakat Yogyakarta masih peduli dan mencintai budayanya sendiri,” ungkapnya.

Gus Poleng menambahkan, jamasan sendiri dalam pandangannya memiliki dua makna utama. Pertama sebagai tindakan restoratif atas warisan karya seni budaya adiluhung dengan berupaya menjaga keutuhannya, mencuci, membersihkannya dari karat, debu atau tempelan partikel lain dan kemudian memberikan warangan serta minyak. Kedua sebagai manifestasi laku spiritual manusia Jawa untuk selalu menyembah dan mengingat keagungan Allah Sang Maha Pencipta. Menjamasi keris juga berarti manusia merefleksikan perjalanan hidup selama ini guna memantabkan langkah kehidupannya kedepan agar senantiasa selaras dengan tuntunan Allah.

“Selain itu ada nilai kesinambungan yakni sebagai wujud rasa terimakasih dan menghargai peninggalan atas karya seni budaya nan adiluhung para generasi pendahulunya kepada generasi berikutnya. Jadi jamasan itu tidak ada hubungannya dengan klenik atau mitos-mitos tertentu, tapi murni kesadaran manusia sebagai insan beriman yang memiliki perspektif kebudayaan yakni cipta rasa dan karsa. Bahkan sejatinya menjamasi pusaka tidak harus terpaku pada bulan Suro, bisa saja dilakukan di bulan-bulan lainnya. Tergantung kesiapan waktu dan niat masing-masing,” tandasnya.

Pada proses ritual jamasan pusaka nanti Sanggar Keris Mataram menyiapkan kelengkapan mulai uborampe sesaji, air kelapa, jeruk nipis, minyak wangi pusaka, batu warangan serta sejumlah wadah untuk merendam pusaka. Semua tahapan jamasan dilakukan pagi hingga siang saat terang hari supaya hasil pembersihan dan mewarangi tosan aji dapat berlangsung optimal.

Ketua Sekber Keistimewaan DIY Widihasto Wasana Putra

Sementara itu Ketua Sekber Keistimewaan DIY Widihasto Wasana Putra mengungkapkan keberadaan tosan aji atau senjata pusaka yang antara lain berupa keris dan tombak menjadi warisan budaya Indonesia yang sudah mendunia, bahkan telah ditetapkan menjadi salah
satu warisan budaya tak benda asal Indonesia oleh lembaga ilmu pengetahuan dan budaya dunia atau UNESCO sejak 25 November 2005 di Paris.

“Keris menjadi yang pertama ditetapkan UNESCO baru kemudian menyusul batik, angklung, kapal pinisi, noken dan gamelan,” katanya. Ditambahkan Widihasto bahwa jejak peradaban keris dapat terlihat dari keberadaan artefak arkeologis era kerajaan Medang periode Mataram Kuno di abad ke 8 – 9 seperti candi Kalasan, Sewu, Borobudur dan Prambanan dimana banyak dijumpai relief candi memperlihatkan adanya benda tajam yang terselip di pinggang seperti keris, belati dan tombak. Kemungkinan besar penguasaan teknologi metalurgi sudah dimiliki leluhur Nusantara di era-era sebelum itu. Hal itu sangat membanggakan dan bukti bangsa Indonesia memiliki sejarah peradaban yang bernilai tinggi.

Salah satu relief di Candi Prambanan

Widihasto berharap kegiatan jamasan tosan aji yang diinisiasi Sanggar Keris Mataram bersama Sekber Keistimewaan DIY ini semakin memperkuat kesadaran dan wawasan masyarakat terhadap nilai-nilai kebudayaan sehingga salah satu visi besar founding father kita Trisakti Bung Karno yakni berkepribadian secara budaya dapat semakin kokoh.

“Peristiwa tahun 2020 yaitu pengembalian keris Pangeran Diponegoro bernama Kiai Nogo Siluman yang dirampas kompeni Belanda di era Perang Jawa tahun 1830 lalu misalnya, dapat dipergunakan menjadi materi edukasi yang menarik bagi generasi muda masa kini bahwa keberadaan sebuah benda pusaka keris lekat dengan nilai kesejarahan bangsa sehingga keberadaannya patut diselamatkan dan dilestarikan,” katanya.

Masyarakat yang ingin mengikut sertakan koleksi tosan ajinya dalam ritual jamasan dapat mendaftarkan diri melalui nomor telpon 081548868888.

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *